Senin, 25 Juni 2012

Bacillus thuringiensis

MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
Penggunaan Bacillus thuringiensis Sebagai Bioinsektisida


Disusun oleh :
Elisabeth Rani              (24020110120016)
Edi Purnomo               (24020110120040)             
Tyas Susiana A            (24020110130043)    



JURUSAN BIOLOGI
LABORATORIUM MIKROBIOGENETIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1      Latar Belakang

Teh (Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditas unggulan  Provinsi Jawa Barat yang dikenal masyarakat sejak zaman Hindia Belanda.  Melalui sejarah  yang panjang, perkebunan teh dibudidayakan dan dikelola oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, maupun perkebunan rakyat (Anonim 2004).  Permintaan hasil perkebunan khususnya teh yang semakin meningkat merupakan konsekuensi bertambahnya jumlah penduduk dan pesatnya pembangunan merupakan hal yang tidak dapat dihindari. Sebagai negara tropis yang sumber devisa keduanya berasal dari hasil perkebunan, adanya peningkatan permintaan konsumen tersebut merupakan peluang bagi Indonesia. Namun industri teh menghadapi berbagai kendala, diantaranya produksi yang fluktuatif akibat faktor biotik dan abiotik.  Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dari tahun ke tahun antara lain karena lambatnya peremajaan tanaman, tidak optimalnya pengelolaan perkebunan teh, dan permasalahan hama dan penyakit (Insyaf 2007).      
Hama ialah serangga atau ulat yang merugikan, yang biasa menyerang dan merusak tanaman. Hama siklus hidup yaitu telur-nimfa-Imago,atau pada ulat : Telur-larva-imago memotong siklus hidup hama juga merupakan suatu tindakan pengendalian secara mekanis yang cukup efektif, membuang dan membakar telur-telur sebelum menetas dan menjadi nimfa, atau memetik daun-daun yang terserang biasanya masih terdapat nimfa-nimfa yang masih pada fase pertumbuhan dan sangat merusak. Telur-telur yang tersiram oleh insektisida di kebun, tidak ada pengaruhnya sama sekali, telur itu pun menetas setelah jangka waktu tertentu. Pengendalian dengan zat-zat kimia pada awalnya mampu mematikan hampir 90% hama, namun ada 10% yang hidup dan mulai tahan dengan zat kimia, pada penyemprotan kedua hama yang mati 60% sedangkan yang resisten (Tahan) bertambah menjadi 40%, pada penyemprotan yang ketiga keadaan menjadi berbalik 90 % yang hidup (Resisten, kebal thd zat kimia), dan hanya 10% yang mati, keadaan seperti ini dapat memicu ledakan hama pada suatu tempat.
Timbulnya hama pada tanaman pada hutan tanaman  dapat menyebabkan kerugian yang dapat diperkirakan dalam bentuk uang dan dalam bentuk yang sukar diukur seperti program penanaman, penyediaan bahan baku industri dan pemandangan yang tidak menarik. Untuk menghindari kerugian yang lebih besar akibat gangguan hama dan penyakit perlu dilakukan pencegahan dan pengendalian sesegera mungkin. Untuk mendapatkan cara pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit yang aman, efektif dan efisien salah satunya dengan pemanfaatan mikrooorganisme sebagai bahan bioinsektisida.
Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari protein Kristal atau cry Bt sebagai agen pengendali serangga, berbagai isolasi Bt mengandung berbagai jenis protein kristal. Dan sampai saat ini telah diidentifikasi protein kristal yang beracun terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu tidak mematikan serangga dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan (Agus Krisno,, 2011). Oleh karena itu Bakteri Bacillus thuringiensis (Bt) banyak digunakan sebagai alternatif tanaman yang resisten terhadap hama.

1.2 Rumusan Masalah
            1. Bagaimanana karakteristik Bacillus thuringiensis ?
            2. Apa jenis hama yang dapat dikendalikan oleh Bacillus thuringiensis ?
            3. Bagaimana proses pembuatan bioinsektisida dengan inokulum Bacillus thuringiensis ?


1.3  Tujuan

1.      Mengetahui karakteristik Bacillus thuringiensis 

2.      Mengetahui jenis hama yang dapat dikendalikan oleh Bacillus thuringiensis 

3.      Mengetahui proses pembuatan bioinsektisida dengan inokulum Bacillus thuringiensis 



BAB II
METODOLOGI

2.1 Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika Universitas Diponegoro Semarang, pada bulan Agustus hingga Oktober 2012.
2.2 Alat dan Bahan
a. Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah erlenmeyer, gelas kimia, tabung reaksi, jarum ose, lampu spiritus, inkubator, autoklaf, oven, batang pengaduk, gelas ukur, sentifuge, rak tabung reaksi, bekker glass,
b. Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah inokulum Bacillus thuringiensis  , alkohol, spiritus, aquades steril, kapas, tissue, biji serikaya, PDB.
3.3  Cara Kerja
Tahapan-tahapan penelitian yang akan dilaksanakan meliputi :
a.    Sterilisasi Alat dan Bahan
Tabung reaksi, erlenmeyer, disumbat dengan kapas kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan diikat degan benang kasur. Cawan petri, pipet volume, gelas ukur, bekker glass, batang pengaduk, dibungkus dengan kertas perkamen. Seluruh alat disterilkan didalam oven pada suhu 1800C selama 2 jam.
Alat-alat seperti ose, jarum tanam tajam disterilkan dengan pembakaran langsung di atas lampu spiritus.
Aquades dan medium ditempatkan di dalam erlenmeyer lalu ditutup dengan kapas, dibungkus dengan kertas perkamen dan diikat dengan benang kasur. Kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 20 menit dengan tekanan 2 atm.
b.    Pembuatan Medium dan Inokulasi
            Bahan-bahan yang akan digunakan dalam pembuatan medium ditimbang kemudian dicampur. Setelah itu semua medium disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 2 atm pada suhu 1210C selama 20 menit.  Inokulasi atau isosalsi Bacillus thuringiensis.
c.    Persiapan lahan dan penanaman Teh
Lahan dipilih kemudian di buat guludan berukuran 1x2m sebanyak 3 guludan. Teh ditanam dengan cara stek.

d.   Pembuatan Bioinsektisida
15 -25 gr biji srikaya ditumbuk hingga halus. Rendam dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata, tambahkan Bacillus thuringiensis. dan biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.


e.       Perlakuan
Guludan 1 sebagai control, guludan 2 dan 3 di semprot bioinsektisida  dengan perbandingan 1;2.Setelah itu dilalukan pengamatan



BAB III
OUTPUT

 Output dari penelitian ini yaitu didapatkan bioinsektisida yang mampu memberikan sifat ketahanan tanaman teh terhadap hama. Bioinsektisida ini juga tidak hanya dapat digunakan untuk tanaman teh saja melainkan bisa juga digunakan untuk tanaman lainnya seperti tanaman seperti tomat, seledri dan tanaman lainnya. Bioinsektisida Bt ini dapat digunakan sebagai alternatif teknologi untuk menurunkan populasi hama. Namun yang lebih penting yaitu terbentuknya tanaman transgenik Bt yang dapat dikomersialkan dengan cara isolasi.