Kultur Jaringan pada Jati (Tectona grandis L.f.)
Oleh :
Edi Purnomo
24020110120040
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
Kultur Jaringan Jati (Tectona grandis L.f.)
Jati (Tectona
grandis L.f.) terkenal sebagai kayu komersil bermutu tinggi, termasuk dalam
famili Verbenaceae. Penyebaran alami meliputi negara-negara India, Birma,
Kamboja, Thailand, Malaysia dan Indonesia. Di Indonesia jati terdapat di
beberapa daerah seperti Jawa, Muna, Buton, Maluku dan Nusa Tenggara. Pohon Jati
cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu berkisar 3-6 bulan
pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata 1250-1300 mm/tahun
dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah yang banyak
ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral hingga asam (Mahfudz, 2003).
Jati merupakan salah satu aset
bisnis yang sangat menjanjikan. Permintaan pasar yang cukup tinggi
mengakibatkan peran dari beberapa stakeholder melakukan beberapa upaya demi
meningkatkan produksi jati dalam skala yang besar serta dalam kurun waktu yang
tidak lama.
Tanaman jati yang tumbuh di Indonesia, awalnya berasal dari India. Nama
ilmiah Tectona gradis L. secara historis ” tectona” berasal dari bahasa
Portugis ( tekton ) yang berarti tumbuhan yang mempunyai kualitas tinggi. Jati
digolongkan sebagai kayu mewah ( fancy wood ) dan memiliki kelas awet yang
tinggi yang tahan terhadap gangguan rayap serta jamur dan mampu bertahan sampai
500 tahun. Pohon Jati cocok tumbuh di daerah musim kering agak panjang yaitu
berkisar 3-6 bulan pertahun. Besarnya curah hujan yang dibutuhkan rata-rata
1250-1300 mm/tahun dengan temperatur rata-rata tahunan 22-26° C. Daerah-daerah
yang banyak ditumbuhi Jati umumnya tanah bertekstur sedang dengan pH netral
hingga asam (Sumarna, 2003).
Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Kelas
: Angiospermae
Sub-kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Verbenales
Famili
:
Verbenaceae
Genus
:
Tectona
Spesies
: Tectona
grandis Linn (Mahfudz, 2003).
Kemajuan di bidang ilmu tanaman saat
ini bisa dikatakan sudah sangat maju, hal ini sesuai dengan pernyataan Mariska
(2001) Perkembangan ilmu dan teknik
budidaya tanaman, saat ini telah tersedia bahan tanaman jati hasil rekayasa
teknis, baik melalui pengembangan benih dari pohon plus maupun teknologi kultur
vegetatif. Hasilnya berupa klon atau kultivar tanaman jati dengan daur produksi
ekonomis sekitar 15 tahun sehingga dalam kurun waktu relatif singkat dapat
diperoleh nilai produksi yang cukup menjanjikan. Perbanyakan atau pengembangan
secara kultur jaringan atau kultur tunas merupakan upaya pengembangan tanaman
melalui pembiakan sel-sel meristematis dari jaringan tanaman, seperti
pucuk/tunas, ujung akar, embrio benih, atau bunga.
Beberapa persyaratan pohon induk
tanaman jati menurut Mariska (2001), yaitu :
1.
Pohon memiliki kenampakan (performance) tumbuh yang baik, sehat, dan bertajuk
rindang.
2.
Tinggi pohon bebas cabang minimal 4 meter.
3.
Tahan gangguan hama dan penyakit.
4.
Memiliki kematangan umur (maturasi) yang optimal (≥ 15 tahun).
5.
Berbuah sepanjang tahun dan memiliki kapasitas optimal
6.
Memiliki daya kecambah benih ≥ 80%.
Jati merupakan salah satu aset
permintaan pasar yang menduduki posisi cukup populer. Permintaan pasar baik
dalam maupun luar negri selalu mengalami peningkatan. Menurut Soenardi (1976),
jati menjadi tanaman yang sangat populer sebagai
penghasil bahan baku untuk industri perkayuan karena memiliki kualitas dan
nilai jual yang sangat tinggi. Kekuatan dan keindahan seratnya merupakan faktor
yang menjadikan kayu jati sebagai pilihan utama. Kebutuhan akan kayu jati
selalu meningkat baik di dalam maupun luar negeri sedangkan populasi dan
pasokannya semakin menipis karena siklus umur panen jati konvensional relative
lama (sekitar 45 tahun). Untuk mengatasi masalah tersebut, diperlukan tanaman
jati yang memiliki umur panen relatif cepat (genjah) dengan keindahan dan
kualitas serat memadai yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.
Perbanyakan tanaman
jati umumnya dilakukan melalui biji atau bagian vegetatif seperti stek atau
sambungan. Untuk menyediakan tanaman jati dalam jumlah banyak, sulit dilakukan
melalui cara perbanyakan konvensional (stek atau sambungan). Oleh karena itu,
saat ini banyak digunakan perbanyakan tanaman melalui teknik kultur jaringan.
Pemanfaatan teknologi kultur jaringan untuk tujuan perbanyakan bibit telah
diaplikasikan pada berbagai tanaman tahunan seperti jati, eukaliptus, akasia,
dan lain-lain.
Adanya kemajuan dalam bidang
teknologi memungkinkan untuk melakukan perbanyakan tanaman jati. Salah satunya
yaitu perbanyakan tanaman lewat teknologi kultur jaringan. Teknologi ini sangat
membantu dalam hal penyediaan bibit. Namun, disamping itu harus tetap
memperhatikan prinsip-prinsip penggunaan teknologi agar tidak menyimpang dari
prinsip yang telah dibuat.
Kayu jati memilki peranan yang cukup
menjanjikan, hal ini sesuai dengan pernyataan Simon(2000), kayu Jati
banyak digunakan untuk berbagai keperluan. Beberapa kalangan masyarakat merasa
bangga apabila tiang dan papan bangunan rumah serta perabotannya terbuat dari
Jati. Berbagai konstruksi pun terbuat dari Jati seperti bantalan rel kereta
api, tiang jembatan, balok dan gelagar rumah, serta kusen pintu dan jendela.
Pada industri kayu lapis, Jati digunakan sebagai finir muka karena memiliki
serat gambar yang indah. Dalam industri perkapalan, kayu Jati sangat cocok
dipakai untuk papan kapal yang beroperasi di daerah tropis.
Penggunaan teknik kultur jaringan
memiliki beberpa kelebihan dibandingkan dengan penggunaan yang konvensional.
Menurut Simon (2000), beberapa
kelebihan dari penggunaan teknik kultur jaringan dibandingkan dengan cara
konvensional adalah faktor perbanyakan tinggi, tidak tergantung pada musim
karena lingkungan tumbuh in vitro terkendali, bahan tanaman yang digunakan
sedikit sehingga tidak merusak pohon induk, tanaman yang dihasilkan bebas dari
penyakit meskipun dari induk yang mengandung patogen internal, tidak
membutuhkan tempat yang sangat luas untuk menghasilkan tanaman dalam jumlah
banyak. Sedangkan masalah yang banyak dihadapi dalam mengaplikasikan teknik
kultur jaringan, khususnya di Indonesia adalah modal investasi awal yang cukup
besar dan sumber daya manusia yang menguasai dan terampil dalam bidang kultur jaringan
tanaman masih terbatas.
Hal utama yang selalu menjadi
perbincangan yaitu masalah lain yang muncul dalam penggunaan teknologi kultur
jaringan. Munculnya masalah ini seharusnya perlu perhatian khusus agar tidak
memberikan dampak buruk bagi penggunaannya. Menurut Mariska (1992), masalah lain yang sering muncul adalah tanaman hasil kultur jaringan sering
berbeda dengan tanaman induknya atau mengalami mutasi. Hal ini dapat terjadi
karena penggunaan metode perbanyakan yang salah, seperti frekuensi subkultur
yang terlalu tinggi, perbanyakan melalui organogenesis yang tidak langsung
(melalui fase kalus) atau konsentrasi zat pengatur tumbuh yang digunakan
terlalu tinggi.
Persyaratan Tumbuh
Jati Kultur Jaringan tumbuh sangat
baik di iklim tropis Indonesia, terutama di daerah-daerah yang tanahnya banyak
mengandung kapur. Selain itu tanaman ini juga tumbuh di daerah yang
memiliki musim kering yang nyata (3 - 5 bulan), curah hujan 1.500 - 2.000
mm/tahun dan temperatur 27 - 36oC. Jati Kultur Jaringan dapat
tumbuh baik pada dataran rendah sampai dataran tinggi sampai ketinggian 800 m
dpl. Tanah yang baik yaitu tanah aluvial dengan pH 4.5 - 7 dan yang
terpenting tidak tergenang air (Anonima, 2012)
Perbandingan Pertumbuhan Jati Kultur
Jaringan dan Jati Konvensional
- Pertumbuhan Jati Kultur Jaringan seragam.
- Volume kayu yang dihasilkan kurang lebih 3 kali
lebih besar dibandingkan Jati konvensional
Tahun
|
Pertumbuhan
|
Pohon Jati
|
|
Konvensional
|
Kultur Jaringan
|
||
5
|
Tinggi (m)
Diameter (cm) |
4.0
3.5 |
16.0
27.5 |
10
|
Tinggi (m)
Diameter (cm) |
6.0
8.0 |
17.0
34.0 |
15
|
Tinggi (m)
Diameter (cm) |
12.0
17.0 |
20.0
40.0 |
Sumber : Anonima, 2012
Analisa Hasil Panen Jati Kultur
Jaringan (2000 pohon/ha)
Uraian
|
Pohon Jati
|
||
Th ke 5
|
Th ke 10
|
Th ke 15
|
|
Panen (pohon)
|
1000
|
350
|
850
|
Sisa (pohon)
|
1000
|
650
|
-
|
Tinggi (m)
|
12
|
15
|
17
|
Diameter (cm)
|
20
|
27
|
37
|
Volume (m3)
|
300
|
238
|
949
|
Harga Jual/m3 (Rp.)
|
500.000
|
1.000.000
|
1.500.000
|
Pendapatan (Rp.)
|
150.000.000
|
238.000.000
|
1.423.500.000
|
Sumber :
Anonima, 2012
Produksi Bibit Jati Kultur Jaringan
Sumber : Anonima, 2012
Sumber : Anonima, 2012
Salah satu
laboratorium pengembangan jati dengan teknologi kultur jaringan yaitu Laboratorium
Kultur Jaringan, Services Laboratory SEAMEO BIOTROP yang saat ini telah
dilengkapi peralatan laboratorium, rumah kaca, dan lahan pembibitan yang
memadai untuk memproduksi bibit Jati dengan kapasitas produksi 50.000 - 100.000
bibit per bulan.
Kayu jati memiliki banyak keunggulan dibanding dengan
jenis-jenis kayu lainnya karena beberapa hal. Pertama, kelas keawetannya yang
tinggi. Keawetan jati, antara lain disebabkan oleh adanya minyak asiri yang
disebut teak oil dalam jaringan kayunya. Tingkat kekuatan kayu ini juga
tergolong tinggi. Kelas keawetan dan kekuatan jati hanya tertandingi oleh sono
keling, ebony, ulin dan beberapa kayu keras lainnya. Tetapi, tingkat kekerasan
jati hanya tergolong sedang. Namun justru tingkat kekerasan yang sedang ini
akan memudahkan proses pengerjaannya untuk bahan bangunan maupun furniture.
Selain kelas keawetan, kekuatan dan kekerasannya yang baik, jati juga masih
memiliki keunggulan pada keindahan serta kehalusan tekstur seratnya. Selain
warna kayunya yang coklat alami. Kebutuhan kayu jati pada tahun-tahun mendatang
akan semakin besar. Sebab kayu-kayu rimba tropis akan semakin terbatas
volumenya yang bisa dieksplorasi. Sementara kayu budidaya lainnya seperti
mahoni, pinus dan albisia, kelasnya masih berada di bawah jati. Hingga
permintaan kayu jati akan tetap lebih baik dibanding dengan kayu-kayu tadi.
Meskipun penanaman jati sudah meluas sampai ke Afrika, namun untuk saat ini
pulau Jawa masih merupakan sentra hutan jati utama di dunia (Anonimb,
2012).
Namun, disamping itu
semua ternyata ada sedikit masalah dalam perkembangan kultur jaringan tumbuhan.
Hal ini membutuhkan perhatian yang cukup serius dikarenakan memiliki efek yang
cukup besar bagi penggunaan teknologi kultur jaringan. Salah satunya yaitu seperti
yang terdapat pada Surat Edaran Kabadan Litbang Kehutanan No.
1982/VIII/Lit-3/2002 menyatakan bahwa jati hasil kultur jaringan yang beredar
saat ini dengan klon dari berbagai asal-usul di luar negeri, perlu dikaji lebih
cermat karena pada umumnya klon yang berasal dari kultur
jaringan bersifat site spesific, sehingga belum tentu cocok
dikembangkan di setiap lokasi di Indonesia. Perbanyakan secara kultur
jaringan bukan merupakan metode pemuliaan, tetapi hanya
merupakan suatu metode perbanyakan biasa sehingga tidak dapat memperbaiki
kualitas genetik bibit. Oleh karenanya perlu didukung adanya uji klon unggul
untuk skala operasional. Oleh karena itu dalam program pengembangan jati
diminta agar dilaksanakan koordinasi yang intensif dan memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut :
- Penggunaan klon-klon jati lokal dengan jumlah
(klon) yang lebih besar dan jelas asal-usulnya untuk mengantisipasi
hal-hal yang tidak diinginkan di masa yang akan datang.
- Informasi yang tersebar tentang jati yang dapat
dipanen pada umur 15 tahun, masih perlu dilakukan kajian lebih lanjut dari
berbagai aspek antara lain aspek genetik. Sebab aspek genetik sangat
berperan dalam meningkatkan kualitas dan produktivitas tanaman melalui uji
genetik. Untuk itu perlu dilakukan plot uji coba genetik pada setiap
lokasi pengembangan yang akan dilakukan dan dapat dimonitor serta diamati
perkembangannya. Perlu diinformasikan bahwa Badan Litbang Kehutanan sedang
melakukan uji coba genetik jati dari berbagai sumber/provenance.
- Di samping faktor genetik, manipulasi faktor
lingkungan seperti jarak tanam, pemupukan, pemeliharaan, pola tanam dan
lain-lainnya merupakan hal penting yang harus dilakukan dan ternyata
memberikan hasil yang signifikan.
Beberapa kasus di Indonesia mengenai
tanaman jati yaitu seperti pada kota Jepara. Jepara merupakan pusat industri
furniture yang sudah sangat terkenal dengan kerajinan kayu jati. Namun
saat ini banyak kendala yang dihadapi oleh pengrajin furniture yaitu
semakin berkurangnya ketersediaan bahan baku kayu jati ((Anonimd,
2012).
Kelangkaan bahan baku ini,
disebabkan karena sudah berkurangnya lahan perkebunan kayu jati dan umur tanam
pohon jati yang mencapai 80 tahun. Kebutuhan kayu jati di Jepara mencapai 1.000
m3 per hari. Untuk mengatasi kekurangan bahan baku jati, pengrajin di Jepara
membeli kayu dari Jawa Barat, Jawa Timur, Lampung, Nusa Tenggara Timur dan
Sulawesi. LIPI bekerja sama dengan Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten
Jepara menyelenggarakan Pelatihan Pengembangan Agroindustri Tanaman Jati.
Kegiatan pelatihan berlangsung pada tanggal 23 Maret 2011 yang lalu yang di
Aula Kantor Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara. Pelatihan ini
dengan menghadirkan 2 orang narasumber yaitu K. Uta,I Nugrehi, dari Pusat
Biologi LIPI dan Wahyu Dwianto, dari Pusat Biomaterial LIPI. Menurut
Kepala Bidang Promosi Iptek Industri Kecil Menengah Kemenristek, Adawiah, dalam
sambutannya mewakili Asisten Deputi Iptek Industri Kecil menengah, mengatakan
bahwa “Kegiatan ini merupakan salah satu metode/cara untuk mendesiminasikan
teknologi”, sambutnya. “Selain itu, pelatihan juga dapat membangun sinergi
antara akademisi, bisnis dan pemerintah. Adanya interaksi ketiga aktor ini
diharapkan mampu mendorong inovasi sehingga dapat meningkatkan daya saing
bangsa,” ujar Adawiah. Pelatihan juga dapat menjadi sarana untuk mengetahui
kebutuhan teknologi industry”, ujarnya lagi.
“Beberapa kendala teknologi yang dihadapi oleh pengrajin di Jepara adalah biaya dan akses untuk mendapatkan teknologi”, tersebut juga dikemukakan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara, Sujarot (Anonimd, 2012).
“Beberapa kendala teknologi yang dihadapi oleh pengrajin di Jepara adalah biaya dan akses untuk mendapatkan teknologi”, tersebut juga dikemukakan oleh Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Jepara, Sujarot (Anonimd, 2012).
DAFTAR PUSTAKA
Anonima, 2012. Kultur
Jaringan Pada Jati. http://sl.biotrop.org/index.php/produk-a-jasa/produk-kuljar/jati-kuljar.html. diakses tanggal 16 november
2012.
Anonimb, 2012. Jati
putih. http://tipspetani.blogspot.com/2011/04/tanaman-jati-putih-yang-semakin.html.
diakses tanggal 16 november 2012
Anonimc,
2012. Surat Edaran
Kabadan Litbang Kehutanan No. 1982/VIII/Lit-3/2002 tanggal 11
Desember 2002. http://Dephu.go.id. Diakses
tanggal 16 november 2012.
Mahfudz et al, 2003. Sekilas
Jati. Pusat Penelitian dan Pengembangan Bioteknologi dan Pemuliaan
Tanaman Hutan. Purwobinangun. Yogyakarta
Mariska, I., Hobir, dan D.
Sukmadjaja. 1992. Usaha pengadaan bahan tanaman melalui bioteknologi kultur jaringan.
Prosiding Temu Usaha Pengembangan Hasil Penelitian Tanaman Rempah dan Obat.
Puslitbangtri dan Pusat Pengkajian dan Pengembangan Agribisnis. Jakarta.
Mariska, I. dan R.
Purnamaningsih. 2001. Perbanyakan vegetative tanaman tahunan
melalui kultur in vitro. Jurnal Litbang Pertanian 20(1):1-7.
Simon, H., 2000, Hutan
Jati dan Kemakmuran: Problematika dan Strategi Pemecahannya, Bigraff
Publishing, Yogyakarta. Siregar, E., 2005, Potensi Budidaya Jati, Gramedia, Jakarta.
Soenardi. 1976, Sifat-sifat
Fisika Kayu. Bagian Penerbitan, Yayasan Pembina Fakultas Kehutanan,
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Sumarna, Y., 2003. Budidaya Jati, PT. Penebar
Swadaya, Jakarta.
Nikmati Jackpot Slot Progresive Ratusan Juta Setiap Harinya!
BalasHapusLinkaja88 Adalah Situs Judi Slot 24 Jam Online Terpercaya Di Indonesia Yang Sudah Berdiri Sejak 2014. Anda bisa bermain semua jenis slot yang tersedia di situs kami hanya dengan minimal Deposit IDR 50.000,- Dan Mendapatkan Jackpot Progresive Fantastis.
Bagi kalian yang mudah bosenan bila bermain slot online, Linkaja88 Menyediakan sangat banyak provider Slot Online Terbaru. Maka anda bisa sesuka hati bermain berbagai jenis slot yang telah kami sediakan. Tidak semua situs judi slot online menyediakan permainan slot online yang lengkap seperti Linkaja88.
★ Provider PragmaticPlay
★ Provider SpadeGaming
★ Provider Habanero
★ Provider RedTiger
★ Provider Joker123
★ Provider Play1628
★ Provider Fafaslot
★ Provider Vivoslot
★ Provider JDB
★ Provider Sbobet Slot
Masing - Masing memiliki Jackpot Progresif yang sangat besar! Tersedia Juga Promo :
» Bonus Deposit Pertama 10%
» Bonus Deposit Harian 5%
» Bonus Rollingan Seninan 0.8%
» Bonus Referral 7% + 2%
Pendaftaran Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :
» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita
Citizen's Premium Tilt Tilt Stag - India's First Licensed Online
BalasHapusI have titanium teeth dog been using this kit for a long time and have titanium helix earrings enjoyed the unique ti 89 titanium calculator design of the titanium body jewelry Tilt Stag. There's titanium cookware nothing quite like this at all.