DIVERSITAS BIOEKOLOGI
CRUSTACEAE : KELAS BRANCHIOPODA DAN KELAS OSTRACODA
Makalah ini disusun untuk menyelesaikan tugas
dari mata kuliah carsinologi
Disusun oleh :
Edi Purnomo (24020110120040)
Muhammad Aziz
(24020110120041)
Tyas Susiana (24020110130043)
Wisnu Adi Wicaksono
(24020110130057)
Eko Budi Harto
(24020110130059)
Olivia Nisa. M
(24020110130062)
JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Salah satu hewan yang termasuk dalam
avertebrata adalah filum crustacea. Crusta berarti kulit keras, kerak di alam terdapat
sekitar 40.000 spesies mencakup jenis-jenis copepoda, udang dan kepiting.
Ukurannya bervariasi mulai dari 0,1 mm sampai 60 cm. Demikian juga dengan
bentuk tubuh mulai dari panjang sampai yang bulat. Sebagian besar hidup
crustacea di laut, 13% di air tawar dan 3% di darat untuk filum crustacea, ada yang
bersifat plankton baik itu sebagian hidupnya sebagai plankton (namo plankton)
atau seluruh hidupnya bersifat plankton (scolo plankton). Ada juga bersifat
benthos, baik sebagai spesies interstisial maupun makroskopis. Ada juga hidup
sebagai pasarit contohnya copepoda dan rebon. (Brusca, 1990).
Brachiopoda
berasal dari kata brachys yang berarti pendek dan pous
yang artimya kaki. Jadi Brachiopoda adalah hewan laut yang hidup didalam
setangkup cangkang terbuat dari zat kapur atau zat tanduk. Mereka biasanya
hidup menempel pada substrak dengan semen langsung atau dengan tangkai yang
memanjang dari ujung cangkang (Suhardi, 2002)
Brachiopoda memiliki kemiripan yang berbeda dengan Mollusca jenis Bivalvia di
mana pada bagian terlindungi secara eksternal oleh sepasang convex yang
dikelompokkan ke dalam cangkang yang dilapisi dengan permukaan yang tipis dari
periostacum organik, yang berkisar hingga 100 tahun yang lalu (invertebrata
palaeontologi). Hewan Brachiopoda merupakan kelompok hewan lain selain
Ectoprocta yang terkait dengan fosil-fosil dari zaman Cambria. Hewan
tersebut dinamakan demikian karena anggapan yang salah bahwa hewan ini
menggunakan lengan-lengan mereka yang menggulung untuk bergerak. Dalam kelompok
ini lebih banyak yang menjadi fosil dari pada yang masih
hidup (Aslan, dkk., 2010).
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan biodiversitas bioekologi
Crustaceae ?
2.
Bagaimana biodiversitas bioekologi crustaceae kelas Branchiopoda ?
3.
Bagaimana biodiversitas bioekologi crustaceae kelas Ostracoda?
C. Tujuan
1.
Menjelaskan tentang biodiversitas bioekologi crustaceae
2.
Menjelaskan secara umum biodiversitas bioekologi crustaceae dari kelas
Branchiopoda
3.
Menjelaskan secara umum biodiversitas bioekologi crustaceae dari kelas
Ostracoda
D. Manfaat
Memberikan pengetahuan tentang biologi crustaceae
khususnya biodiversitas bioekologi dari kelas Branchiopoda dan kelas Ostracoda.
BAB II. PEMBAHASAN
2.1 Diversitas
bioekologi Crustaceae
Keragaman adalah gabungan antara
jumlah jenis dan jumlah individu masing – masing jenis dalam satu
komunitas.(Desmukh, 1992). Istilah diversitas dalam ekologi umumnya mengarah
pada keanekaraman jenis. Selain itu diversitas juga merupakan suatu keragaman /
perbedaan diantara anggota-anggota sekelompok populasi baik hewan maupun
tumbuhan. (Mc Noughton,dkk.1978).
Dalam ekosistem masalah diversitas umumnya mengarah pada diversitas jenis,
oleh karena itu pengukuran diversitas dilakukan dengan melihat jumlah jenis
tertentu dan kelimpahan relatif jenis tersebut dalam satu komunitas.
Keanekaragman atau diversitas ditentukan oleh dua komponen yakni jumlah spesis
organisme dalam komunitas dan jumlah individu antara spesis sama atau seimbang.
Stabilitas satu ekosistem sangat ditentukan oleh struktur vegetasi satu
ekositem. Sedangkan Keanekaragaman jenis adalah keanekaragam mahkluk hidup yang
diukur dari jumlah total jenis baik binatang, tumbuhan , mikroorganisme di muka
bumi (Masyud, 1992) menyatakan satu komunitas dikatakan mempunyai
keanekaragaman jenis yang tinggi apabila kelimpahannya sama banyak atau hampir
sama dari jenis yang ada (Brower et all, 1984).
Keragaman hayati adalah
keanekaragaman diantara mahkluk hidup dari semua sumber termasuk diantaranya
daratan, lautan dan ekosistem akuatik lain serta komplex-komplex ekologi yang
merupakan bagian dari keanekaragamnnya, mencakup keanekaragaman dalam spesis
antara spesis dan ekosistem (Mc Noughton,dkk.1978). Keragaman hayati lebih
besar bilamana ekuitabilitas lebih besar yakni jika polulasi satu dan lainnya
sama dalam kelimpahan dan bukan beberapa sangat umum, sedangkan lainnya sangat
jarang (Desmukh, 1992). Odum (1971) menyatakan keanekaragaman jenis mempunyai
sejumlah komponen yang dapat memberikan reaksi secara berbeda-beda terhadap
faktor-faktor geografi, perkembangan maupun fisik komponen utama dari
keanekaragaman jenis adalah kekayaan jenis dan kesamarataan (Eveness).
Diversitas jenis menyatakan
banyaknya jenis perunit areal tertentu sedangkan diversitas genetik menunjukan
jumlah gen alel dalam populasi. Umumnya diversitas jenis maupun genetik sangat
tinggi pada wilayah-wilayah yang berbeda geografisnya, dimana pada lingkungan
yang tidak seragam secara spasial akan memberikan kesempatan untuk lebih
mengganggu seleksi dan kemudian spesialisi, baik diversitas spesies maupun
genetik tetap cukup tinggi
Berkurangnya keanekaragaman hayati
akan mempunyai dampak negatif yang cukup besar diantaranya akan mempengaruhi
ketahanan/stabilitas ekosistem terhadap goncangan faktor luar, berpengaruh pada
kemampuan untuk memproduksi tanaman baru, serta mempengaruhi kepastian masa
depan untuk kebutuhan generasi akan datang (Djuwantoko, 2004).
Salah satu teori bioekologi
yang sangat terkenal dari pendekatan sosiokultural adalah Teori Bioekologi dari
Urie Bronfenbrenner. Teori ini menggambarkan tentang tingkatan interaksi yang
dapat mempengaruhi perkembangan individu. Menurutnya perkembangan terjadi
melalui proses interaksi yang regular, aktif, dua arah antara individu dan
lingkungan sehari-harinya. Proses ini terjadi dalam lima sistem lingkungan yang
saling berkaitan,yaitu:
1. Mikrosistem
1. Mikrosistem
Merupakan sistem
terdekat dengan individu, dimana individu terlibat dalam interaksi dua arah
dengan orang lain dalam basis kehidupan sehari-hari dan menjadi agen
sosialisasi. Sistem ini terdiri dri keluarga (orang tua), teman sebaya,
sekolah, tempat kerja, dan lingkungan tempat ibadah.
2.Mesosistem
Merupakan sistem yang menghubungkan dua atau lebih mikrosistem dimana individu terlibat didalamnya. Misalnya: hubungan antara keluarga denagn teman sebaya, terjadi konflik nilai-nilai yang ditanamkan orang tua dengan nilai-nilai teman sebayanya. Dalam sistem ini dapat terlihat sikap dan perilaku yang berbeda dari satu individu dalam setting lingkungan yang berbeda.
Merupakan sistem yang menghubungkan dua atau lebih mikrosistem dimana individu terlibat didalamnya. Misalnya: hubungan antara keluarga denagn teman sebaya, terjadi konflik nilai-nilai yang ditanamkan orang tua dengan nilai-nilai teman sebayanya. Dalam sistem ini dapat terlihat sikap dan perilaku yang berbeda dari satu individu dalam setting lingkungan yang berbeda.
3.Eksosistem
Terdiri dari dua atau lebih sistem yang saling berhubungan, namun tidak mempengaruhi individu secara langsung.
Terdiri dari dua atau lebih sistem yang saling berhubungan, namun tidak mempengaruhi individu secara langsung.
4.Makrosistem
Merupakan sistem dari pola-pola kebudayaan yang mencakup seluruh mikro, meso dan eksosistem masyarakat seperti sistem perekonomian dan budaya (kapitalisme, sosialisme).
Merupakan sistem dari pola-pola kebudayaan yang mencakup seluruh mikro, meso dan eksosistem masyarakat seperti sistem perekonomian dan budaya (kapitalisme, sosialisme).
5.Kronosistem
Menunjukan derajat kestabilan dan perubahan dalam dunia dimana individu berada. Misalnya perubahan komposisi keluarga hingga perubahan dalam lingkup yang lebih besar seperti peperangan, mobilitas kelas sosial.
Menunjukan derajat kestabilan dan perubahan dalam dunia dimana individu berada. Misalnya perubahan komposisi keluarga hingga perubahan dalam lingkup yang lebih besar seperti peperangan, mobilitas kelas sosial.
Habitat crustaceae terutama di air , yaitu di danau,
laut dan sungai. Crustaceae yang paling umum adalah kepiting dan udang.
2.2
Kelas Branchiopoda
Merupakan berbagai kelompok crustacean
kecil yang umumnya berukuran beberapa milliliter, terkecil 250 mikron dan terbesar 10 cm. Mudah dikenal dari bentuk apendik
badan yang lebar
dan pipih berfungsi
seperti insang sehingga dinamakan brandchiopoda, disamping
itu juga untuk
menyaring makanan atau sebagai alat renang.
Kelas
Branchiopoda merupakan crustacea kecil ukurannya 250 mikron terbesar 10 cm.
Bentuk apendix badan yang lebar dan pipih berfungsi sebagai insang, menyaring makanan
dan alat renang olehnya dinamakan branchiopoda. Tidak mempunyai
cephalothorax 23artinya tidak ada ruas
badan yang tubuh menyatu dengan kepala. Secara morfologis ruas badan sama.
Ruas-ruas di anterior gonopone adalah thorax dan yang diposteriornya adalah
abdomen. Hampir semua branchiopoda di perairan tawar, ada juga di air laut
seperti cladocera. (Brusca, 1990 ; Ruppert, 1994).
Kelas Branchiopoda dibagi menjadi 4
ordo yaitu Anostraca, Notostraca,
Conchostraca dan Cladocera
atas dasar bentuk
tubuh, karapas, mata
majemuk, ruas-ruas tubuh dengan apendiknya. Branchiopoda berbeda dengan
crustacean lain karena tidak mempunyai cephalothorax, artinya tidak ada ruas
badan yang tumbuh menyatu dengan kepala.
1. Morfologi
Ruas
badan (trunk) yang pertama adalah ruas yang mempunyai sepasang kaki pertama. Secara morfologis
semua ruas badan bentuknya sama. Batas antara thorax dan
abdomen tidak jelas,
adakalanya letak gonopore
digunakan sebagai batas.
Ruas-ruas di anterior gonopore adalah
“thorax” dan yang di
posteriornya adalah “abdomen”. Hampir semua branchiopoda hidup
diperairan tawar, dan hanya beberapa spesies dari
Cladocera terdapat di
laut. Dari keempat
ordo tersebut hanya Cladocera yang penyebarannya luas,
terdapat di sungai, kolam besar,
dan danau. Sedangkan anostraca dan
notostraca merupakan organisme
yang khas di lingkungan perairan yang tidak lazim
seperti kolam kecil, genangan air sementara pada musim
hujan dan danau
garam. Hal ini
disebabkan oleh kemampuan organisme tersebut
untuk menghasilkan telur
dorman (resting eggs)
yang memerlukan waktu istirahat
dan dapat bertahan pada suhu tinggi dan
kekeringan bahkan ada yang dapat bertahan sampai 10 tahun.
|
Ordo
Anostraca, Notostraca dan
Conchostraca acapkali dikelompokkan sebagai divisi
Eubranchiopoda atau Phyllopoda
karena bentuk apendiknya
yang lebar dan lembut.
Semua anggotanya mempunyai ruas-ruas
tubuh yang jelas dengan
jumlah apendik antara 10 sampai
71 pasang. Di ujung posterior terdapat
sepasang cercopoda (caudal
rami, furca). Dalam
lingkungan yang sesuai populasinya kebanyakan betina, jantan
sedikit atau jarang.
Anostraca disebut
juga huhurangan atau
fairy shrimps mempunyai mata bertangkai; biasanya
terdapat 20 ruas
badan atau lebih
dengan 11 sampai
19 pasang kaki renang;
tidak mempunyai karapas; antena
pertama kecil, uniramus dan
tidak beruas-ruas; antena
kedua pada jantan
besar dan berfungsi
untuk memegang betina pada waktu kopulasi.
Notostraca mempunyai karapas lebar
seperti tameng yang menutup hampir seluruh
tubuh, sehingga dari
dorsal tampak seperti
berudu katak sedangkan
dari ventral seperti udang,
sehingga dinamakan tadpole
shrimps. Notostraca mempunyai 35
sampai 71 pasang kaki; mata majemuk sessile; jumlah ruas badan dan jumlah
kaki dalam satu
spesies tidak tetap;
antena kedua kecil
sekali atau tidak ada;
pada satu atau
dua pasang kaki
pertama terdapat beberapa
helai rami seperti benang diduga
sebagai alat peraba; kaki ke sebelas pada betina mengalami modifikasi menjadi
semacam kantung untuk mengerami telur.
Conchostraca mempunyai tubuh yang pipih secara leteral dan tertutup dua keping cangkang
yang terbuka dibagian
ventral mirip kerang
atau remis kecil sehingga disebut clam shrimp; terdapat
sepasang mata majumuk bertangkai; kaki 10
sampai 32 pasang;
antenna; antena kedua
panjang, biramus dengan
banyak setae; satu atau dua pasang kaki pertama pada jantan berfungsi
seperti tangan dan berkait; betina mengerami telur dibagian dorsal antara tubuh
dan karapas.
2. Fisiologi
Anostraca dan Notostraca berenang
dengan lemah gemulai
dan anggun, lambat dan
cepat, atau beristirahat
di dasar perairan.Kaki
yang banyak dan langsing
atau beristirahat di
dasar perairan.Kaki yang
banyak dan langsing merupakan alat
renang. Anostraca mempunyai
kebiasaan berenang terbalik.
Notostraca acapkali merayap atau meliang
pada permukaan subtract yang lembut.
Pada Conchostraca, antenna kedua merupakan alat
renang utama, sedang
kaki-kaki kurang berperan. Conchostraca acapkali meliang atau merayap
dengan kikuk di permukaan substrat.
a. Makanan
dan Cara Makan
Makanan Eubranchiopoda terdiri atas
ganggang, bakteri, protozoa, rotifera dan serpihan detritus. Makanan disaring
dengan apendik tanpa diseleksi, dikumpulkan dan digumpalkan dalam alur tengah ventral samping
sepanjang badan, kemudian dialirkan ke anterior terutama mengunakan gnthobase, yaitu
bagian dari pangkal kaki.
b. Reproduksi
Reproduksi aseksual
tidak ada. Umumnya
berkembang biak secara parthenogenesis. Namun bagi
spesies tertentu pada
saat bersamaan terjadi
baik reproduksi secara parthenogenesis maupun
singamik terjadi kopulasi
dan pembuahan di dalam. Telur yang telah dibuahi dan telur parthenogenesis
dierami oleh betina selama
beberapa hari. Beberapa jenis
phyllopoda menghasilkan dua
macam telur, bercangkang
tipis yang secara
meretas dan telur
dorman bercangkang tebal yang
tahan panas, dingin maupun kekeringan. Kedua macam telur
tersebut dapat terjadi baik ada jantan
maupun tanpa jantan dalam populasi. Perkembangan embrio
dalam telur mulai
terjadi selama waktu pengeraman, kemudian dilepas ke air kelompok
demi kelompok dengan selang waktu 2 sampai 6
hari. Telur menetas
menjadi larva nauplius
atau metanauplius tergantung spesiesnya.
3. Nilai
Ekonomis
Musuh utama phyllopoda adalah amfibi dan
beberapa jenis larva serangga air dan
karnivora. Di California pernah terjadi kerusakan tanaman padi oleh Apus (ordo
Notostraca), yang memakan daun padi muda dan
terus menerus mengaduk Lumpur sehingga air mengeruh dan menghalangi
fotosintesa. Telur artemia dapat diperdagangkan karena napliusnya merupakan
makanan awal yang baik bagi anak ikan atau udang dalam usaha pembenihan.
Ordo Cladocera dinamakan juga water
flea merupakan satu-satunya ordo
dalam divisi Oligobranchipoda.
Artinya kaki yang
juga berfungsi seperti
insang jumlahnya sedikit, hanya 5 sampai 6 pasang. Kebanyakan cladocera
berukuran 0,2 sampai 3 mm; ruas-ruas tubuh tidak jelas; biasanya thorax dan abdomen tertutup
kerapas yang tampak
seperti 2 keping.
Sebenarnya kerapas tersebut
bukan dua keeping tetapi hanya
satu helai yang melipat dan terbuka dibagian ventral; bagian ventral kepala
tertutup rapat. Bentuk cangkang dari lateral bervariasi dari bundar, oval, memanjang
atau persegi. Permukaan
cangkang acapkali berukir
seperti garis-garis, kotak-kotak atau bentuk lain. Bentuk tubuh
cladocera bervariasi selain
dari bentuk cangkang
atau karapas yang berbeda,
juga oleh perbedaan
bentuk antenul, fornix
dan ada tidaknya rostrum.
Pada
kepala terdapat sebuah
mata majemuk dan
adakalanya sebuah ocellus, keduanya
berfungsi untuk menentukan
arah terhadap sumber cahaya dan intensitas cahaya. Antenna pertama (antenul) kecil tidak
beruas-ruas dan terletak dibagian
ventral kepala, mengandung
setae olfaktori (pencium). Antenna kedua besar,
sepasang, masing-masing terdiri
atas sebuah pangkal
ruas yang kuat dan bercabang dua menjadi sebuah ramus dorsal
(ramus superior) dan sebuah ramus
ventral (ramus inferior). Pada setiap ramus
terdapat setae berbulu.
Formula setaepada Daphnia ialah 0 – 0 –
1 – 3 / 1 – 1 – 3. artinya ramus dorsal terdiri
atas 4 ruas,
dimana berturut-turut dari
ruas pertama sampai
keempat terdapat 0, 0, 1 dan 3 helai
setae. Ramus ventral ada 3
ruas, pada ruas pertama, kedua dan ketiga masing-masing
terdapat 1, 1, dan 3 helai setae. Antena kedua berfungsi sebagai alat renang, dan cara berenang cladocera
sangat khas yaitu
tersendat-sendat
(intermittently), tidak mulus
dan gemulai seperti branchipoda
yang lain. Beberapa
spesies tidak dapat
berenang, tetapi merayap karena
mereka telah beradaptasi
untuk hidup dan
serasah daun yang basah di naungan hutan tropis.
Semua kaki cladocera lebar dan pipih
serta dilengkapi banyak rambut dan setae. Biasanya pasangan kaki pertama dan
kedua berfungsi seperti tangan, serta
dapat digunakan untuk
berpegang pada substrat.
Bentuk abdomen tidak
jelas namun dibagian posterior
terdapat post-abdomen yang
besar dan dilengkapi
2 helai setae abdominal.
Di ujung post-abdomen
terdapat sepasang kuku
(claw). Pada tepi kuku
biasanya terdapat sederetan
gerigi, digunakan untuk
identifikasi spesies. Post-abdomen
berfungsi untuk membersihkan
sampah dan kotoran yang menempel
pada kaki serta membantu pergerakan. Spesies
daerah limnetik biasanya
tidak berwarna atau
merah muda, sedangkan yang
didaerah litoral, kolam dangkal dan dasar perairan berwarna lebih gelap
bervariasi dari coklat kekuningan sampai coklat kemerahan, kelabu bahkan hampir
hitam. Pigmentasi terdapat baik pada karapas maupun jaringan tubuh.
Mulut cladocera terletak pada batas antara kepla dan badan.
Makanannya antara lain protozoa, ganggang, detritus organik dan bakteri. Yang
penting adalah ukuran partikel makanan. Makanan disaring dengan setae pada kaki
dan dialirkan ke mulut. Makanan yang ditolak atau ukurannya terlalu besar
disingkarkan dengan duri-duri pada pangkal
kaki pertama, kemudian
dibuang menggunakan post-abdomen. Beberapa genera seperti
Polyphemus dan Leptodora termasuk
predator, kaki-kakinya
termodifikasi untuk menagkap
mangsa. Polyphemus biasanya terdapat di danau, kolam dan
rawa-rawa, sedangkan Leptodora di daerah limnetik.
Cladocera memegang
peran penting dalam
mata rantai makanan
di perairan tawar sebagai penghubung antara produsen primer dengan anak
ikan dan hewan air lain
yang karnivor. Daphnia
dan Moina banyak dibudidayakan
dan diperdagangkan sebahai pakan
alami hidup untuk ikan hias dan
anak ikan dalam pembenihan. Selain
nilai gizinya bagus,
cladocera mudah ditangkap
anak ikan karena berenangnya
lambat.
2.3
Kelas Ostracoda
Semua
ostracoda berukuran kecil,
umumnya kurang dari 1
mm, meskipun ada yang hampir 2 cm.
Bentuk tubuh bulat sampai lonjong. Seluruh tubuh
tertutup karapas yang
berbrntuk 2 keping
cangkang dan adakalanya mengandung zat
kapur dan keras. Tiap kali molting, cangkang terkelupas
dan diganti yang baru.
1.Morfologi
Ruas-ruas tubuh
tidak tampak jelas.
Terdapat 6 atau 7 pasang
apendik yang beruas-ruas yaitu
antena pertama, antena
kedua, mandibel, maksila
pertama, maksila kedua, apendik
thorax dan caudal
furca. Dibagian anterior
terdapat sebuah mata nauplius. Mata majemuk
hanya ada pada
ordo Myodocopida. Antena kedua
panjang berfungsi sebagai alat renang.
2. Fisiologi
Berbagai
cara makan ada pada
ostracoda. Jenis herbivora memakan ganggang; jenis
karnivora memakan crustacea
kecil, siput kecil
dan anelida; jenis
scavengers memakan bangkai dan
detritus organik; jenis
filter feeder menyaring
makanan. Gigantocypris selain memakan
crustacea, dapat menangkap
ikan kecil dengan antenanya. Kecuali beberapa jenis, umumnya ostracoda bernapas dengan
permukaan tubuh Luminescence terdapat
pada 3 jenis
Ostracoda laut, yaitu
Cypridina, Vargula dan Conchoecia. Cahaya kebiruan dipancarkan
sekejap-kejap selama 1 sampai 2 detik. Reproduksi seksual, dioecious, terjadi
kopulasi, pembuahan di dalam. Telur yang telah dibuahi dierami di bawah karapas
atau dilekatkan pada subtrat atau tumbuhan air, satu per
satu atau berkelompok.
Telur menetas menjadi
larva nauplius yang
juga mempunyai 2 keping
cangkang seperti induknya.
Cypridae air tawar
biasanya berkembang biak secara partenogenesis, dan pada beberapa
spesies tidak pernah terdapat jantan. Ostracoda kurang disukai ikan hias
3. Klasifikasi Kelas Ostracoda
Umumnya berukuran 1 mm atau lebih;
tubuh bulat sampai lonjong, agak
pipih; tubuh tertutup 2 keping cangkang (karapas) biasanya mengandung zat
kapur; ruas tubuh tidak jelas; apendik
6 atau 7
pasang; terdapat 2000
spesieshidup, umumnya di
laut, sebagian di air tawar; 10.000 spesies fosil.
- Ordo 1. Myodocopa (Myopocopida)
Semua di
laut; bagian anterior
cangkang berlekuk; antena
kedua biramus dan pangkal antena besar. Cypridina dan
Conchoesia.
- Ordo 2. cladocopa (Cladocopida)
Karapas
tidak berlekuk; antena pertama dan kedua sebagai alat renang; antena kedua
biramus; spesies laut; Polycope.
- Ordo 3. Podocopa (Podocopida)
Antena
uniramus; mempunyai 2 pasang apendik badan; di
laut dan air tawar; Cypris dan Cypricercus di air tawae; Cythereis di
laut.
- Ordo 4. Platycopa (Platycopida)
Antena pertama
dan kedua besar
tetapi bukan alat
renang; antena kedua
pipih, biramus; spesies laut, semua termasuk satu-satunya genus
Cytherella.
- Ordo 5. Palaeocopida
Spesies fosil
BAB III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Diversitas bioekologi crustaceae
mencakup keragaman jenis dan interaksi antar
sesama spesies crustacea
khususnya kelas Branchiopoda dan kelas Ostracoda
2. Kelas Ostracoda kebanyakan
bentik, meliang dan ada juga yang hidup planktonik. Melimpah di seluruh
perairan sampai pada kedalaman 7000 m. Beberapa hidup komensal pada
Echinodermata dan crustacea lainnya.
3. Kelas Branchiopoda kebanyakan
berukuran kecil, yang hidup di air tawar memiliki kaki berbentuk seperti daun.
3.2 Saran
Makalah
ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan sangat
kami butuhkan demi mendukung terciptanya kesempurnaan makalah ini.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim,
2012. Notostraca, Cladocera, Anostraca,
Choncostraca. www. asturnatura.com. diakses 27 September 2012
Aslan, M, L., Wa Iba., Kamri, S., Irawati., Subhan.,
Purnama, F, M., M., Jaya, I, M., Rahmansyah., Saputra, R., Tiar, S., Mulyani,
T., Kasendri, R, A., Zhuhuriani, Riana, A. 2011. Penuntun Praktikum
Avertebrata Air. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Universitas
Haluoleo. Kendari.
Brusca.
R.C. and G.J. Brusca., 1990. Invertebrates Sinauer Associates. Inc
Publisher, Sunderland. Massachm Setts. Hal 595-666
Hegner. W.R. 1968.
Invertebrates Zoology. Second
Edition. Mac Millan Publishing. C.o.Mc. hal 396-443.
Pechnik. J.A., 1991.
Biology of The Invertebrates.
Second Editions. Win.C. Brown Publishers, Dubuque. Hal 369-411.
Ruppert.
E.E and R.D Barnes., 1994. Invertebrates Zoology. Sixth Edition.
Saunders College Publishing. Forth Worth. Hal 687-799.
Suhardi., 2002. Buku Evolusi Avertebrata. Universitas Indonesia. Jakarta.
Suwignyo,
S.B. WIdogdo. Y. Wardiatno dan M. Krisanti, 1998. Avertebrata Air. Jilid 2. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,
Institut Pertanian Bogor, Bogor. Hal 239-287.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar