MAKALAH MIKROBIOLOGI TERAPAN
“Penggunaan Bacillus thuringiensis Sebagai
Bioinsektisida”
Disusun oleh :
Elisabeth
Rani (24020110120016)
Edi Purnomo (24020110120040)
Tyas Susiana
A (24020110130043)
JURUSAN BIOLOGI
LABORATORIUM MIKROBIOGENETIKA
FAKULTAS SAINS DAN MATEMATIKA
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Teh
(Camellia sinensis) merupakan salah satu komoditas unggulan Provinsi Jawa Barat yang dikenal masyarakat
sejak zaman Hindia Belanda. Melalui
sejarah yang panjang, perkebunan teh
dibudidayakan dan dikelola oleh perusahaan negara, perusahaan swasta, maupun
perkebunan rakyat (Anonim 2004). Permintaan hasil perkebunan
khususnya teh yang semakin meningkat merupakan konsekuensi bertambahnya jumlah
penduduk dan pesatnya pembangunan merupakan hal yang tidak dapat dihindari.
Sebagai negara tropis yang sumber devisa keduanya berasal dari hasil
perkebunan, adanya peningkatan permintaan konsumen tersebut merupakan peluang
bagi Indonesia. Namun
industri teh menghadapi berbagai kendala, diantaranya produksi yang fluktuatif
akibat faktor biotik dan abiotik.
Faktor-faktor yang mempengaruhi produksi dari tahun ke tahun antara lain
karena lambatnya peremajaan tanaman, tidak optimalnya pengelolaan perkebunan
teh, dan permasalahan hama dan penyakit (Insyaf 2007).
Hama ialah serangga atau ulat yang merugikan,
yang biasa menyerang dan merusak tanaman. Hama siklus hidup yaitu
telur-nimfa-Imago,atau pada ulat : Telur-larva-imago memotong siklus hidup hama
juga merupakan suatu tindakan pengendalian secara mekanis yang cukup efektif,
membuang dan membakar telur-telur sebelum menetas dan menjadi nimfa, atau
memetik daun-daun yang terserang biasanya masih terdapat nimfa-nimfa yang masih
pada fase pertumbuhan dan sangat merusak. Telur-telur yang tersiram oleh
insektisida di kebun, tidak ada pengaruhnya sama sekali, telur itu pun menetas
setelah jangka waktu tertentu. Pengendalian dengan zat-zat kimia pada awalnya
mampu mematikan hampir 90% hama, namun ada 10% yang hidup dan mulai tahan
dengan zat kimia, pada penyemprotan kedua hama yang mati 60% sedangkan yang
resisten (Tahan) bertambah menjadi 40%, pada penyemprotan yang ketiga keadaan
menjadi berbalik 90 % yang hidup (Resisten, kebal thd zat kimia), dan hanya 10%
yang mati, keadaan seperti ini dapat memicu ledakan hama pada suatu tempat.
Timbulnya
hama pada tanaman pada hutan tanaman
dapat menyebabkan kerugian yang dapat diperkirakan dalam bentuk uang dan
dalam bentuk yang sukar diukur seperti program penanaman, penyediaan bahan baku
industri dan pemandangan yang tidak menarik. Untuk menghindari kerugian yang
lebih besar akibat gangguan hama dan penyakit perlu dilakukan pencegahan dan
pengendalian sesegera mungkin. Untuk
mendapatkan cara pencegahan dan pengendalian hama dan penyakit yang aman,
efektif dan efisien salah satunya dengan pemanfaatan mikrooorganisme sebagai
bahan bioinsektisida.
Bacillus thuringiensis (Bt) adalah bakteri gram positif yang berbentuk
batang, aerobik dan membentuk spora. Banyak strain dari bakteri ini yang
menghasilkan protein yang beracun bagi serangga. Sejak diketahui potensi dari
protein Kristal atau cry Bt sebagai agen pengendali serangga,
berbagai isolasi Bt mengandung berbagai jenis protein
kristal. Dan sampai saat ini telah diidentifikasi protein kristal yang beracun
terhadap larva dari berbagai ordo serangga yang menjadi hama pada tanaman
pangan dan hortikultura. Kebanyakan dari protein kristal tersebut lebih ramah
lingkungan karena mempunyai target yang spesifik yaitu tidak mematikan serangga
dan mudah terurai sehingga tidak menumpuk dan mencemari lingkungan (Agus
Krisno,, 2011). Oleh karena itu Bakteri Bacillus
thuringiensis (Bt)
banyak digunakan sebagai alternatif tanaman yang resisten terhadap hama.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Bagaimanana karakteristik Bacillus
thuringiensis ?
2. Apa jenis hama yang dapat
dikendalikan oleh Bacillus thuringiensis ?
3. Bagaimana proses pembuatan
bioinsektisida dengan inokulum Bacillus thuringiensis ?
1.3 Tujuan
1.
Mengetahui karakteristik Bacillus thuringiensis
2.
Mengetahui jenis hama yang dapat
dikendalikan oleh Bacillus thuringiensis
3.
Mengetahui proses pembuatan bioinsektisida dengan
inokulum Bacillus thuringiensis
BAB II
METODOLOGI
2.1
Waktu dan Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi Fakultas Sains dan Matematika
Universitas Diponegoro Semarang, pada bulan Agustus hingga Oktober
2012.
2.2
Alat dan Bahan
a.
Alat
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah
erlenmeyer, gelas kimia, tabung reaksi, jarum ose, lampu spiritus, inkubator,
autoklaf, oven, batang pengaduk, gelas ukur, sentifuge, rak tabung reaksi, bekker glass,
b.
Bahan
Bahan-bahan
yang digunakan adalah inokulum Bacillus
thuringiensis , alkohol, spiritus,
aquades steril, kapas, tissue, biji serikaya, PDB.
3.3 Cara Kerja
Tahapan-tahapan penelitian yang akan dilaksanakan
meliputi :
a.
Sterilisasi
Alat dan Bahan
Tabung reaksi,
erlenmeyer, disumbat dengan kapas kemudian dibungkus dengan kertas perkamen dan
diikat degan benang kasur. Cawan petri, pipet volume, gelas ukur, bekker glass,
batang pengaduk, dibungkus dengan kertas perkamen. Seluruh alat disterilkan
didalam oven pada suhu 1800C selama 2 jam.
Alat-alat
seperti ose, jarum tanam tajam disterilkan dengan pembakaran langsung di atas lampu spiritus.
Aquades dan
medium ditempatkan di dalam erlenmeyer lalu ditutup dengan kapas, dibungkus
dengan kertas perkamen dan diikat dengan benang kasur. Kemudian disterilkan di
dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 20 menit dengan tekanan 2 atm.
b.
Pembuatan
Medium dan Inokulasi
Bahan-bahan
yang akan digunakan dalam pembuatan medium ditimbang kemudian dicampur. Setelah
itu semua medium disterilkan didalam autoklaf dengan tekanan 2 atm pada suhu
1210C selama 20 menit.
Inokulasi atau isosalsi Bacillus
thuringiensis.
c.
Persiapan lahan dan penanaman Teh
Lahan
dipilih kemudian di buat guludan berukuran 1x2m sebanyak 3 guludan. Teh ditanam
dengan cara stek.
d.
Pembuatan Bioinsektisida
15 -25 gr biji srikaya ditumbuk hingga
halus. Rendam
dalam 1 liter air, 1gr deterjen , aduk rata, tambahkan Bacillus thuringiensis. dan
biarkan 1 malam, kemudian saring dan siap disemprotkan ketanaman.
e. Perlakuan
Guludan 1 sebagai control, guludan 2
dan 3 di semprot bioinsektisida dengan perbandingan 1;2.Setelah itu dilalukan pengamatan
BAB III
OUTPUT
Output
dari penelitian ini yaitu didapatkan bioinsektisida yang mampu memberikan sifat
ketahanan tanaman teh terhadap hama. Bioinsektisida ini juga tidak hanya dapat
digunakan untuk tanaman teh saja melainkan bisa juga digunakan untuk tanaman
lainnya seperti tanaman seperti tomat, seledri dan tanaman lainnya.
Bioinsektisida Bt ini dapat digunakan sebagai alternatif teknologi untuk
menurunkan populasi hama. Namun yang lebih penting yaitu terbentuknya tanaman
transgenik Bt yang dapat dikomersialkan dengan cara isolasi.